Burung burung rantau
Sewaktu saya masih belajar bahasa Indonesia, saya sempat membaca sebuah novel yang berjudul Burung-burung Rantau ditulis
oleh Romo Mangun Wijaya. Di dalam novel tersebut ada seorang mahasiswi yang selalu mencari-cari tujuan hidup. Dia mencoba
hal ini dan itu, akhirnya dia menyadari bahwa hidup yang kita jalani ini, ialah dunia yang fana. Kita tinggal di sini hanya
sebentar saja. Tidak akan lama lagi kita kembali ke asal kita. Seperti seekor burung rantau pasti kembali ke tempat asalnya.
Satu
bulan yang lalu pas liburan Chusok (Bulan Purnama di Korea) saya diberi kesempatan yang luar biasa, yaitu retreat untuk
komunitas Antioch Internasional. Persekutuan dengan saudara-saudara dari Indonesia sungguh menjadi kebahagiaan amat besar
bagi saya. Waktu saya pulang dari Indonesia setelah 12 tahun pelayanan di sana untuk melayani di Korea sebagai Director OMF
Korea, belum pernah mempunyai bayangan adanya persekutuan antara TKI di Korea.
Di dalam retreat saya makan bersama-sama
dengan beberapa saudara Indonesia, dan saya mendengar ada suka dan dukanya selama mereka bekerja di Korea. Saya merasa lebih
simpati kepada teman-teman Indonesia yang ada di Korea dari pada teman-teman Indonesia yang ada di Indonesia, kerena mereka
sudah menjadi perantau yang jauh dari tempat asalnya.
Memang Al Kitab menyebutkan kita sebagai pendatang yang akan kembali
ke tempat asal kita. Maka sebagai pendatang kita membutuhkan hikmat untuk lebih bijaksana di dalam hidup di sini yang begitu
pendek.
Pertama kita harus belajar mengurangi beban bagasi kita. Kalau kita pergi ke luar negeri pemula selalu mau membawa bagasi
yang sangat berat dan macam-macam barang yang kadang tidak begitu diperlukan. Tetapi kalau kita sudah berpengalaman dalam
hal mengepak, selalu berusah untuk membawa barang seringan mungkin.
Hidup kita juga mirip dengan mengepak barang di dalam
perjalanan. 12 tahun yang lalu waktu keluarga kami berangkat ke Indonesia pertama kali, sebelum kami berangkat membagikan
barang-barang kami kepada tetangga-tetangga, biar bagasi kami ringan dan perjalanannya gampang. Tetapi 12 tahun kemudian waktu
kami kembali lagi ke Korea, kami sempat kaget, karena barang kami lagi bertambah banyak. Terjadinya hal semacam ini sangat
wajar dan alami.
Kedua, kita harus kangen sama kampung halaman kita, yaitu Surga.
Beberapa tahun yang lalu saya sempat membawa
beberapa mahasiswa dari Indonesia ke Korea dan hidup bersama-sama dengan mereka. Memang di dalam beberapa hal tinggal di Korea
tidak begitu nyaman bagi teman-teman Indonesia, tetapi saya sangat berusaha keras, biar mereka bisa merasa betah tinggal di
Korea termasuk memberi makan masakan Korea yang enak-enak seperti Samgetang dlsb. Memang awalnya beberapa hari mereka sangat
betah, tetapi kira-kira dua minggu lewat. mereka mulai keluh kesah karena kangen sama Indonesia dan mau pulang kampung cepat.
Kadang
saya kesal juga, karena sepertinya usaha saya sia-sia, tuh. Tetapi dalam satu sisi kerinduan teman-teman Indonesia sangat
dipahami.
Seperti ini kita harus merindukan Surga. Karena dunia ini bukan dunia yang baka melainkan yang sangat fana. Jikalau
kita sebagai orang Kristen tidak merindukan surga, harus dicek diri sendiri, apakah kita betul-betul warga negara surga.
Ketiga, kita memerlukan komunitas yang saling mendukung. Kehidupan sebagai perantau mudah membuat kita lelah letih lesu.
Maka kita harus mencari kelompok yang bisa memdukung kita, biar kita memperoleh semangat baru. Waktu saya melihat komunitas
Antioch Internasional, saya yakin inilah komunitas yang harus saudara punyai.
Di kota Yogyakarta ada kira-kira 200,000
orang mahasiswa yang datang dari jauh seperti dari Medan, Kalimantan, Sumba, Kupang, dan lain sebagainya. Karena sudah jauh
dari orang tua, dan sanak saudara, maka mereka sering merasa kesepian. Mereka selalu mau mencari tempat yang menyenangkan
mereka. Kadang mereka jatuh ke dalam hal-hal yang tidak sehat dan tidak membangun. Sedangkan persekutuan antara orang kristen
sangat sehat dan membangun.
Keempat, kita berkewajiban untuk meceritakan kepada teman-teman yang lain bahwa kehidupan kita bukan hanya dunia sekarang
yang kita jalani ini saja tetapi ada tujuan kita yang baka. Biar mereka juga menemukan Yesus Kristus sebagai tujuan hidup
Saya
masih ingat sebuah cerita yang diceritakan oleh seorang filsafat yang bernama Kierkegor.
Pada musim gugur di satu kampung
yang terletak benua Eropa ada sebuah rumah petani yang berternak bebek ia punya banyak bebek peliharaan. Kebetulan di atas
rumah itu sekelompok bebek liar musiman sedang terbang menuju ke selatan. Di antara bebek liar, ada satu ekor yang merasa
capai sekali di dalam penerbangan itu, maka dia mau turun ke halaman di rumah petani tadi.
Dia belum pernah membayangkan
di situ ada bebek pelihara yang sedang asyik makan yang diberi petani.. Karena dia juga sangat lapar, maka dia ikut makan
juga. Dia kira sebentar lagi akan ikut kawan-kawan yang terbang ke selatan. Tetapi semakin lama semakin enak tinggal di situ
maka semakin sulit terbangnya. Akhirnya dia berpikir bahwa lebih baik tinggal di situ saja selama musim dingin dan kalau pada
musim semi kawan-kawannya pulang dia akan ikut mereka saja.
Beberapa waktu kemudian sudah tibanya musim semi dan
dia mendengar bunyi sayap kawan-kawannya yang sedang menuju ke tempat asalnya. Waktu itu hati dia mulai dek-dekan. Tetapi
dia sudah menjadi terlalu gemuk maka tidak bisa terbang lagi. Dia menyerah saja, akhirnya dia tinggal di situ dan menikmati
hidup di sana.
Setahun kemudian mulai lagi musim gugur dia mendengar bunyi sayap kawan-kawannya yang terbang menuju ke
selatan, pertama-tama dia ingin sekali untuk ikut kawan-kawan, tetapi dia cepat menyerah, dan dia pura-pura tidak mendengar
bunyi kawan-kawannya .
Jadi jika demikian bagaimanakah dengan saudara-saudara para TKI yang sedang berada rantau.
Berapa banyakkah teman-teman kita seperti burung rantau ini? Siapakah yang harus memberitakan injil kepada mereka?
Kiranya tulisan ini dapat memperkuat dan memperteguh iman saudara-saudari
sekalian seperti ada tertulis di Alkitab
Wahyu 19:17 "......lalu aku melihat seorang
malaikat berdiri di dalam matahari dan ia berseru dengan suara nyaring kepada
semua burung yang terbang di tengah langit, katanya: "Marilah ke sini dan
berkumpullah untuk turut dalam perjamuan
Allah, perjamuan yang besar........".
Semoga Tuhan selalu beserta kita selamanya, salam damai dalam Kristus Yesus
dari
Bpk. Son Chandra Amien.