KARATE DAN BLUE FILM
Kesaksian, disadur dari buku "Barang-barang Tumpas - Andereas Samudera & Revival
Total Ministry"
Di Surabaya ada satu keluarga yang sering menghadiri kebaktian-kebaktian Kharismatik, Bapak H dan Ibu L, yang
selalu menampung kami saat melayani di kota itu. Ketika saya banyak berbicara tentang barang-barang tumpas di Surabaya, di
rumah mereka masih terdapat banyak patung-patung hiasan. Dinding rumah mereka dihiasi oleh relief pemandangan negeri cina
dengan beberapa pagoda dan burung Hong, burung dewata orang Cina.
Ibu L mengeluh sering sakit pinggang hingga kemudian saya doakan dan memeriksa kakinya, yang ternyata panjang
sebelah. Ketika saya doakan, kakinya itu segera memanjang dan sakit pinggangnya hilang. Akan tetapi, dua hari kemudian sakit
pinggang itu muncul lagi. Bila saya doakan, kakinya kembali lagi ke keadaan semula sehingga saya pun harus berdoa dan memanjangkan
lagi. Lalu saya mulai menunjuk kepada mereka bahwa hadirnya patung-patung itulah yang mengganggu kesehatan keluarga ini. Mreka
pun kemudian berjanji akan menyingkirkan barang-barang itu.
Setelah saya pulang ke Bandung, beberapa bulan kemudian saya kembali lagi ke surabaya dan menginap lagi dirumah
mereka. Kali ini saya membawa team RTM, pak Daud dan Ibu Daud. Mula-mula saya terkesan ketika melihat bahwa rumah itu sudah
bersih dari patung-patung dan boneka anak-anak mereka. Hanya relief di dinding rumah mereka dan gambar burung Hong itu yang
masih tetap berada disana. Saya merasakan suasana yang lebih enak dari sebelumnya ketika berdoa di loteng rumah mereka.
Ketika suami istri ini minta didoakan, kami berdoa bersama-sama di kamar tidur mereka. Bapak H tidak bereaksi
apa-apa ketika kami doakan. Kemudian ibu Daud melihat Vision bahwa dia sedang bermain karate. Berdasarkan vision inilah lalu
kami menengking keluar roh-roh karate dalam diri Bapak H. Ia terbatuk-batuk dan meludah sedikit.
Ketika Ibu L minta didoakan lagi, saya meminta ibu Daud untuk dilayani secara pribadi di kamar lainnya. Dalam
doa itu, tiba-tiba Roh Kudus memberikan penglihatan pada ibu Daud bahwa rumah itu ada patung seorang penunggang kuda, tepatnya
yang berada di kamar anak-anak di depan. Saat ditanyakan, Ibu L ini kemudian tertawa dan bahkan mencurigai ibu Daud, disangkanya
ibu Daud telah memasuki kamar anak-anak dan membuka lemari-lemari disana. Sampai akhirnya Ibu Daud perlu memberi ketegasan
bahwa ia tidak merasa berhak untuk memasuki kamar orang lain, apalagi hanya sebagai tamu di rumah tersebut.
Akhirnya Patung yang dimaksudpun dikeluarkan dari tempat persembunyiannya, kemudian mereka kembali berdoa.
Lalu Roh Kudus secara berturut-turut memberikan penglihatan-penglihatan yang lebih jelas dan terperinci mengenai keberadaan-keberadaan
boneka-boneka lainnya seperti yang berbentuk koala, kangguru, beruang dan sebagainya sampai semua barang-barang itu dikeluarkan
dari tempat persembunyiannya.
Rupanya untuk menyambut kedatangan saya, seluruh boneka dan patung itu bukannya dibuang, melainkan disembunyikan
di lemari anak-anak, di kamar depan. Tetapi yang terjadi adalah justru Roh Kudus membongkarnya satu persatu lewat karunia
penglihatan pada hamba-hamba-Nya. Barulah setelah semua boneka dan patung tersebut dibakar, Ibu L ini mengalami pelepasan
dengan manifestasi yang jelas.
Pada kesempatan doa bersama lainnya, Roh kudus memberikan vision bahwa ada wanita telanjang didalam lemari
pojok kamar. Mereka mengakui bahwa mereka menyimpan setumpuk video blue film di lemari itu. Sesudah menyerahkan barang-barang
itu untuk dimusnahkan mereka baru mengalami kelepasan yang sungguh-sungguh dan seorang anak dari keluarga ini disembuhkan
dari sesak nafasnya setelah didoakan.
Lalu kami juga berdoa untuk masalah yang dihadapi oleh perusahaan milik bapak A. Ia adalah pemilik sebuah
toko alat-alat listrik, Saat itu ia sedang menghadapi kesulitan keuangan karena banyak pelanggan yang mengambil barang-barang
mereka, tetapi sulit sekali membayarnya. Lalu Bapak A menunjukkan setumpuk bon-bon itu dan berdoa agar Tuhan mengirim malaikat-Nya
untuk membisikki pelanggan-pelanggan tersebut agar segera membayar hutang-hutangnya.
Lewat beberapa bulan kemudian dalam perjalanan kami ke Bali, di airport Surabaya Ibu Daud tergerak untuk menelepon
Ibu L. Melalui telepon itu ibu L bersaksi bahwa setelah didoakan, bon-bon itu satu demi satu dibayar lunas oleh pelanggan-pelanggan
mereka, kecuali tinggal Bon lagi yang belum dibayar, yaitu Bon milik seorang penginjil !